Selasa, 13 Juli 2010

Iseng2 nulis ajjah.... Bagikan 14 September 2009 jam 16:0

Benarkah tak ada halaman kosong bagi puisi yang ingin ditulis dengan rasa gembira?

Apakah puisi yang lahir dari jari yang luka saja yang mampu diterima?

Lalu bagaimana dengan puisi yang lahir dari jari yang luka tapi ditulis dengan rasa gembira?

Apa pula yang terjadi dengan puisi gembira yang lahir dari jiwa yang luka?

Bagaimana menilai puisi itu puisi gembira atau puisi luka?

Yakinkah seseorang ia sedang benar – benar terluka saat menulis puisi agar puisi ia diterima?

Siapa yang pantas menerima puisi?

Siapa yang pantas diterima puisi??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar